SariAgri - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (8/7) pagi melemah 25 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp14.508 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.483 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan rupiah masih berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS mengikuti pelemahan nilai tukar regional terhadap dolar AS yang terlihat pagi ini.
Ini juga dipicu oleh notulen rapat kebijakan moneter Bank Sentral AS dini hari tadi menunjukkan kemungkinan mereka akan melakukan tapering atau pengurangan pembelian aset terutama surat berharga kredit perumahan, lebih cepat.
"Bank Sentral menunjukkan bahwa kondisi sektor perumahan AS telah membaik. Porsi surat berharga kredit perumahan dalam pembelian aset bulanan The Fed adalah 40 miliar dolar AS dari total 120 miliar dolar AS," jelasnya.
Selain itu situasi kenaikan kasus baru covid-19 karena varian delta juga sudah menjadi kekhawatiran pelaku pasar global. Ini juga mendorong pasar masuk ke dolar AS mencari aset aman.
"Potensi pelemahan rupiah hari ini ke kisaran Rp14.550 per dolar AS dengan potensi support di Rp14.450 per dolar AS," tandasnya.
Baca Juga: Rupiah Melemah 12 Poin, Analis: Kena Imbas Revisi Target PertumbuhanRupiah Berpotensi Melemah, Pasar Antispasi Rapat The Fed

Dolar Sedikit Menguat Usai Pertemuan The Fed
Dolar sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah rilis risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve AS, yang menunjukkan para pejabat Fed bergulat dengan timbulnya kekhawatiran inflasi dan stabilitas keuangan tetapi tidak termasuk kejutan besar.  News Today Para pejabat Fed bulan lalu merasakan kemajuan substansial lebih lanjut pada pemulihan ekonomi "secara umum dipandang belum terpenuhi," tetapi sepakat bahwa mereka harus siap untuk bertindak jika inflasi atau risiko lain terwujud, menurut risalah pertemuan kebijakan bank sentral Juni. Greenback sedikit melemah setelah rilis risalah, namun kemudian berbalik arah dan beringsut lebih tinggi. "Risalah hari ini hanya berfungsi untuk mengonfirmasi bahwa Fed kemungkinan besar akan mengurangi pembelian aset pada suatu waktu tahun ini," kata Kathy Lien, direktur pelaksana BK Asset Management. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, naik 0,135 persen pada 92,664, berkonsolidasi di dekat level tertinggi tiga bulan baru-baru ini, bahkan ketika imbal hasil obligasi AS turun ke level terendah sejak Februari. Tekanan dari imbal hasil obligasi yang lebih rendah, bersama dengan beberapa laporan ekonomi lemah baru-baru ini, kemungkinan berkontribusi pada reaksi lesu greenback terhadap risalah Fed, kata Lien. Tetapi ekonomi AS bangkit dari pandemi Covid-19 dalam kondisi yang lebih baik daripada Eropa dan Jepang, yang menjadi pertanda baik bagi greenback, tambah Lien. "Intinya adalah, tidak ada reaksi besar, tapi saya tidak berpikir itu akan menghalangi perpanjangan kenaikan dolar," kata Lien. Salah satu pendorong utama valas pada paruh kedua tahun ini adalah divergensi bank sentral yang mulai mengurangi stimulus moneter, berdasarkan fundamental ekonomi yang kuat, dan yang tidak, kata Win Thin, kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman. Indeks dolar AS saat ini diperdagangkan lebih dari 3,0 persen di atas pada Februari ketika imbal hasil AS terakhir serendah ini, katanya. "Yang membawa kita kembali ke kinerja ekonomi AS yang diantisipasi dan akhirnya penarikan stimulus oleh The Fed," katanya. Euro menyentuh level terendah tiga bulan terhadap dolar pada Rabu (7/7/2021) setelah data Jerman menimbulkan keraguan tentang kekuatan pemulihan ekonomi. Mata uang tunggal Eropa berpindah tangan pada 1,18035 dolar AS, setelah sebelumnya menyentuh level terendah tiga bulan di 1,17815 dolar AS. Terhadap yen, euro turun menjadi 130,535 yen, mendekati level terendah dua bulan di 130,05 yang ditetapkan pada 21 Juni. Sentimen investor di Jerman, ekonomi terbesar zona euro, turun tajam pada Juli, meskipun tetap pada level yang sangat tinggi, lembaga penelitian ekonomi ZEW melaporkan. Mata uang sensitif risiko lainnya terpukul setelah harga minyak jatuh karena produsen OPEC membatalkan pertemuan ketika pemain utama tidak dapat mencapai kesepakatan untuk meningkatkan pasokan. Dolar Australia merosot 0,14 persen menjadi 0,7484 dolar AS, stabil setelah rebound pada Selasa (6/7/2021) ketika bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia/RBA, mengambil langkah pertama menuju pengurangan stimulus. RBA mengumumkan putaran ketiga dari program pelonggaran kuantitatifnya, meskipun dengan ukuran yang lebih kecil dari dua putaran sebelumnya, sambil mempertahankan obligasi April 2024 untuk target imbal hasil tiga tahun sebesar 0,1 persen. Yen Jepang diperdagangkan sedikit berubah pada 110,590 yen per dolar, masih mempertahankan kenaikan dari level terendah 15-bulan di 111,64 yang disentuh minggu lalu.
Video Terkait: