Gara-gara Pandemi Angka Kelaparan Global Capai 811 Juta Orang_
Posted 2021-09-18 08:38:53
0
0
SariAgri - Sejak pandemi CPVID-19 melanda dunia, masyarakat yang mengalami kelaparan semkin meningkat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut sepersepuluh dari populasi global atau 811 juta orang mengalami kekurangan gizi sejak tahun 2020.
Angka tersebut menunjukkan perlu upaya luar biasa bagi dunia untuk memenuhi komitmennya mengakhiri kelaparan pada tahun 2030.
Laporan The State of Food Security and Nutrition in the World tahun ini diterbitkan bersama oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD), Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), Program Pangan Dunia PBB (WFP) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
“Sayangnya, pandemi terus mengekspos kelemahan dalam sistem pangan kita yang mengancam kehidupan dan penghidupan orang-orang di seluruh dunia,” tulis kepala lima badan PBB, dalam kata pengantar laporan tahun ini.
Dalam laporan itu terungkap, pada tahun 2020 kasus kelaparan melonjak drastis, yakni mencapai angka 9,9 persen atau meningkat dari kasus kelaparan tahun 2019 sebanyak 8,4 persen. Berita Hari Ini Angka ini melampaui pertumbuhan populasi dunia.
Lebih dari setengah orang yang kekurangan gizi (418 juta) tinggal di Asia dan lebih dari sepertiga (282 juta) di Afrika. Sementara proporsi lebih kecil terdapat di Amerika Latin dan Karibia yang mencapai 60 juta jiwa.
Peningkatan kelaparan paling tajam terjadi di Afrika, di mana perkiraan prevalensi kekurangan gizi terjadi pada 21 persen populasi.
Baca Juga: 3 Jenis Makanan yang Sebaiknya Dihindari Pasien COVID-19Efek PPKM Darurat, Pedagang Pentol Seafood: Hancur Dagangan Saya!
Secara keseluruhan, lebih dari 2,3 miliar orang atau 30 persen dari populasi global, tidak memiliki akses terhadap makanan yang memadai. Indikator ini dikenal sebagai prevalensi kerawanan pangan sedang atau berat, melonjak lima kali lipat pada tahun 2020.
Selain itu, ketidaksetaraan gender juga terjadi, di mana untuk setiap 10 pria rawan pangan, ada 11 wanita rawan pangan pada 2020, atau naik dari 10,6 pada 2019.
Kasus malnutrisi pada anak dan balita juga cukup tinggi. Pada tahun 2020, lebih dari 149 juta balita diperkirakan mengalami stunting atau terlalu pendek untuk usia mereka. Lebih dari 45 juta anak mengalami kekurusan dan hampir 39 juta mengalami kelebihan berat badan.
Breaking News Melansir laman FAO, pandemi telah memicu resesi parah dan membahayakan akses ke makanan. Namun sebelum pandemi, kelaparan dan masalah gizi buruk sudah menyebar. Terlebih lagi di negara-negara yang terkena dampak konflik, iklim ekstrem atau penurunan ekonomi lainnya.
The State of Food Security and Nutrition in the World memperkirakan bahwa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2 atau Zero Hunger pada tahun 2030 akan meleset dengan selisih hampir 660 juta orang.
Menurut para menulis laporan, setidaknya ada enam langkah transformasi untuk mengatasi permasalah tersebut. Hal itu bergantung pada perangkat kebijakan dan portofolio investasi yang koheren untuk melawan penyebab kelaparan dan kekurangan gizi.
Laporan tersebut mendesak para pembuat kebijakan untuk mengintegrasikan kebijakan kemanusiaan, pembangunan dan upaya perdamaian di daerah konflik. Meningkatkan ketahanan iklim di seluruh sistem pangan, serta memperkuat ketahanan kelompok yang paling rentan terhadap kesulitan ekonomi.
Laporan itu juga menyerukan penurunan harga makanan bergizi, termasuk mempermudah akses pasar para petani buah dan sayuran.
Video Terkait
Angka tersebut menunjukkan perlu upaya luar biasa bagi dunia untuk memenuhi komitmennya mengakhiri kelaparan pada tahun 2030.
Laporan The State of Food Security and Nutrition in the World tahun ini diterbitkan bersama oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD), Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), Program Pangan Dunia PBB (WFP) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
“Sayangnya, pandemi terus mengekspos kelemahan dalam sistem pangan kita yang mengancam kehidupan dan penghidupan orang-orang di seluruh dunia,” tulis kepala lima badan PBB, dalam kata pengantar laporan tahun ini.
Dalam laporan itu terungkap, pada tahun 2020 kasus kelaparan melonjak drastis, yakni mencapai angka 9,9 persen atau meningkat dari kasus kelaparan tahun 2019 sebanyak 8,4 persen. Berita Hari Ini Angka ini melampaui pertumbuhan populasi dunia.
Lebih dari setengah orang yang kekurangan gizi (418 juta) tinggal di Asia dan lebih dari sepertiga (282 juta) di Afrika. Sementara proporsi lebih kecil terdapat di Amerika Latin dan Karibia yang mencapai 60 juta jiwa.
Peningkatan kelaparan paling tajam terjadi di Afrika, di mana perkiraan prevalensi kekurangan gizi terjadi pada 21 persen populasi.
Baca Juga: 3 Jenis Makanan yang Sebaiknya Dihindari Pasien COVID-19Efek PPKM Darurat, Pedagang Pentol Seafood: Hancur Dagangan Saya!
Secara keseluruhan, lebih dari 2,3 miliar orang atau 30 persen dari populasi global, tidak memiliki akses terhadap makanan yang memadai. Indikator ini dikenal sebagai prevalensi kerawanan pangan sedang atau berat, melonjak lima kali lipat pada tahun 2020.
Selain itu, ketidaksetaraan gender juga terjadi, di mana untuk setiap 10 pria rawan pangan, ada 11 wanita rawan pangan pada 2020, atau naik dari 10,6 pada 2019.
Kasus malnutrisi pada anak dan balita juga cukup tinggi. Pada tahun 2020, lebih dari 149 juta balita diperkirakan mengalami stunting atau terlalu pendek untuk usia mereka. Lebih dari 45 juta anak mengalami kekurusan dan hampir 39 juta mengalami kelebihan berat badan.
Breaking News Melansir laman FAO, pandemi telah memicu resesi parah dan membahayakan akses ke makanan. Namun sebelum pandemi, kelaparan dan masalah gizi buruk sudah menyebar. Terlebih lagi di negara-negara yang terkena dampak konflik, iklim ekstrem atau penurunan ekonomi lainnya.
The State of Food Security and Nutrition in the World memperkirakan bahwa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2 atau Zero Hunger pada tahun 2030 akan meleset dengan selisih hampir 660 juta orang.
Menurut para menulis laporan, setidaknya ada enam langkah transformasi untuk mengatasi permasalah tersebut. Hal itu bergantung pada perangkat kebijakan dan portofolio investasi yang koheren untuk melawan penyebab kelaparan dan kekurangan gizi.
Laporan tersebut mendesak para pembuat kebijakan untuk mengintegrasikan kebijakan kemanusiaan, pembangunan dan upaya perdamaian di daerah konflik. Meningkatkan ketahanan iklim di seluruh sistem pangan, serta memperkuat ketahanan kelompok yang paling rentan terhadap kesulitan ekonomi.
Laporan itu juga menyerukan penurunan harga makanan bergizi, termasuk mempermudah akses pasar para petani buah dan sayuran.
Video Terkait
Search
Categories
- Art
- Causes
- Crafts
- Dance
- Drinks
- Film
- Fitness
- Food
- Games
- Gardening
- Health
- Home
- Literature
- Music
- Networking
- Other
- Party
- Religion
- Shopping
- Sports
- Theater
- Wellness
Read More
Cara PALING Merentak Bikin Juara BERMAIN Bos CEME
Akal Paling Menarik Bakal Berhasil Bermain Jurubayar Ceme ? Sebenarnya permain kartu yang kali...
https://signalscv.com/2021/07/scam-alert-keto-burn-advantage-pills-reviews-or-keto-advantage-keto-burn/
Keto Burn Advantage :- Keto Burn Advantage intend to tackle these issues without any problem.Keto...
https://sites.google.com/view/lucent-valley-cbd-gummiess/
Lucent Valley CBD Gummies The only problem you may encounter is you need recognize which ones are...
Start-up company registration in Bangalore
A Start-up Business Consultants in Bangalore overseen by an assortment of a couple of individuals...
How Does Alpha Thunder Testo Canada Work?
Alpha Thunder Testo Canada This is a testosterone support, which ensures that you are having an...