SariAgri - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pada akhir transaksi, Kamis (8/7) sore, melemah 42 poin atau 0,29 persen menjadi Rp14.525 per dolar AS. Pada penutupan sebelumnya, kurs rupiah berada di posisi Rp14.483 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas kurs mata uang di kawasan Asia hingga pukul 15.00 WIB terkoreksi terhadap dolar AS, kecuali yen Jepang yang menguat 0,80 persen dan dolar Hong Kong yang stabil. Sedangkan dolar Singapura tergerus 0,19 persen, krown Korea merosot 0,61 persen, dolar Taiwan turun 0,19 persen, rupee India anjlok 0,15 persen, yuan China melemah 0,11 persen, ringgit Malaysia anjlok 0,37 persen, dan baht Thailand melemah 0,33 persen.
Analis Pasar Uang PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah disebabkan tertekan oleh penguatan dolar AS setelah pasar mencernai risalah rapat bank sentral AS, the Fed, sebagai indikasi untuk mengurangi pembelian aset.
“Informasi berkembang, pembahasan pengurangan pembelian obligasi negara AS akan dilakukan pada pertemuan FOMC (Rapat Kebijakan Komite Pasar) akhir bula ini,” ujar Ibrahim.
Selain itu, investor juga mencermati kondisi perekonomian Jerman, ekonomi terbesar zona euro, yang turun tajam pada Juli. News Today Kemudian, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde akan mengadakan konferensi pers setelah otoritas moneter mengumumkan hasil tinjauan strategi 18 bulan, yang kemungkinan akan mencakup pergeseran target inflasi menjadi 2 persen dari "di bawah tetapi mendekati 2  persen" saat ini - yang secara teoritis memungkinkan terjadinya inflasi yang berlebihan.
Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Melemah, Imbas Notulen Rapat The FedRupiah Melemah 12 Poin, Analis: Kena Imbas Revisi Target Pertumbuhan
Sedangkan dari dalam negeri, Ibrahim menyebut tentang laporan Bank Dunia yang menurunkan status Indonesia menjadi i negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income). Tercatat bahwa Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto Indonesia saat ini sebesar 3.979 dolar AS per kapita. Artinya, Indonesia turun satu kasta setelah 2019 lalu Indonesia berperingkat sebagai negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income).
“Penuruan status tersebut akibat t pandemi Covid-19 pada 2020 yang telah membuat perekonomian Indonesia luluh lantak. Ekonomi Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan 2,07 persen dibandingkan tahun 2019. Realisasi tersebut merupakan kontraksi yang terparah sejak 1998,” jelas Ibrahim.
Kendati demikian, pemerintah optimistis Indonesia bisa kembali menjadi negara berpendapatan kelas menengah ke atas. Apabila pandemi covid-19 sudah berakhir. “Ini perlu kerja sama antar lembaga, baik pemerintah maupun masyarakat guna untuk menghentikan lonjakan penyakit virus corona (Covid-19)  serta dibarengi dengan vaksinasi massal,” katanya.
Video Terkait: