SariAgri - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot mengalami pelemahan pada akhir transaksi, Rabu (7/7). Hari ini rupiah anjlok 12 poin atau 0,09 persen menjadi Rp14.482 per dolar AS dibandingkan kurs sebelumnya Rp14.470 per dolar AS.
Selain rupiah, hingga pukul 15.00 WIB mayoritas mata uang di kawasan Asia juga melemah di pasar spot, kecuali dolar Singapura yang naik tipis 0,01 persen dan yuan China yang menguat 0,21 persen. Sementara yen Jepang turun 0,04 persen, dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, krown Korea tergerus 0,26 persen, peso Filipina anjlok 0,61 persen, rupee India turun 0,13 persen, ringgit Malaysia melemah 0,14 persen, dan baht Thailand anjlok 0,06 persen.
Analis pasar uang PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah karena indeks dolar menguat menjelang rilis risalah rapat terbaru Federal Reserve AS. Sementara itu, euro jatuh ke level terendah hampir tiga bulan terhadap greenback karena data ekonomi Jerman mengecewakan dan meningkatkan kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi negara itu dari Covid-19.
“Risalah pertemuan Fed bulan Juni 2021, yang akan dirilis di kemudian hari, diharapkan memberikan beberapa petunjuk untuk kebijakan moneter bank sentral AS ke depan. Mereka juga bisa menjelaskan kejutan hawkish the Fed dalam keputusan kebijakan yang diturunkan setelah pertemuan itu,” ujar Ibrahim.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah, Pasar Antispasi Rapat The FedRupiah Selasa Pagi Menguat, Pengamat: Efek Data AS
Selain itu, sentimen yang menekan rupiah hari ini berasal dari dalam negeri, yaitu keputusan pemerintah merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi 3,7 persen sampai 4,5 persen sepanjang tahun ini. Angkanya turun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 4,5 persen-5,3 persen. https://sariagri.id/news/77951/testing-semarang-raya-turun-ke-ppkm-level-2-testing-6-kali-lipat-dari-standar-who Penetapan proyeksi ekonomi tersebut seiring Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali.
Revisi pertumbuhan ekonomi tersebut mengacu pada pertumbuhan ekonomi di Kuartal Pertama 2021 terkontraksi 0,7 persen dan Kuartal Kedua 2021 yang diprediksi  sebsar 7-8 persen, namun Kuartal Ketiga 2021.
Lain pemerintah lain juga prediksi para pengamat yang kemungkinan pertumbuhan ekonomi 2021 akan di kisaran  sempit yaitu 2- 3 persen. Ini mengacu pada pertumbuhan ekonomi di Kuartal Kedua hanya 2-3 persen dan Kuartal Ketiga yang  kemungkinan terkontraksi kembali di 0-2 persen alasannya  di bulan Juli diberlakukan PPKM  Darurat dan kalau penyebaran covid-19 masih belum bisa terselesiakan maka PPKM Darurat bisa diperpanjang sampai bulan Agustus 2021 walaupun PPKM sedikit diperlonggar.
“Kuartal Ketiga benar-benar membuat konsumsi masyarakat dan investasi terjadi stagnasi karena hanya bulan Agustus yang bisa menopang laju pertumbuhan ekonomi,” kata Ibrahim. 
Video Terkait: