SariAgri -  Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (13/7) pagi menguat 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.490 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.493 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra memperkirakan hari ini rupiah berpotensi menguat mengikuti perbaiki sentimen pelaku pasar keuangan global terhadap risiko.
“Indeks saham global sebagai aset berisiko terlihat menguat. Pasar melihat perbaikan performa perusahaan di kuartal kedua. Ini mendorong pasar keluar dari aset aman dolar AS dan masuk ke aset berisiko,” ujarnya.
Ariston menjelaskan, perbaikan sentimen tersebut juga didukung oleh kebijakan pelonggaran moneter bank sentral China yang menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 basis poin sehingga meningkatkan likuiditas di pasar.
“Sikap bank sentral AS yang juga mempertimbangkan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter dalam waktu yang lebih lama juga mendukung sentimen terhadap risiko tersebut,” jelasnya.
Dia menambahkan, di sisi lain, kasus Covid-19 baru yang terus menanjak, terutama di Indonesia yang terus mencetak rekor baru, menjadi kekhawatiran pelaku pasar.
“Pertumbuhan ekonomi bisa terganggu bila PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) diperpanjang. Dan ini berpotensi menahan penguatan rupiah terhadap dollar AS,” katanya.
Menurur Ariston, potensi pergerakan rupiah hari ini di kisaran Rp14.470-Rp14.500 per dolar AS.
Baca Juga: Awal Pekan Rupiah Menguat, Analis: Imbas PPKM Darurat Rupiah Berakhir Pekan dengan Loyo, Pasar Khwatirkan Covid Menyebar Cepat

Dolar Menguat di Tengah Kekhawatiran Pandemi
Dilaporkan, dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) karena kekhawatiran tentang pandemi mendorong investor untuk mencari tempat yang aman saat mereka menunggu lebih banyak petunjuk tentang pemulihan ekonomi global.
Saat ini, pasar sangat sensitif terhadap pembicaraan tentang tapering (pengurangan pembelian obligasi) lebih awal, pengumuman data inflasi AS pada Selasa waktu setempat, dan kesaksian h Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu (14/7) dan Kamis (15/7).
"Kehati-hatian pasar menguasai awal pekan ini membebani sentimen risiko dan mendorong dolar AS," kata Joe Manimbo, analis senior pasar di Western Union Business Solutions di Washington.
Laporan dari seluruh dunia tentang lonjakan infeksi varian virus corona Delta juga merugikan selera investor terhadap aset-aset berisiko.
“Investor akan melihat data inflasi AS pada Selasa waktu setempat dan kesaksian ekonomi Ketua Federal Reserve Jerome Powell sembari memperkirakan ekspektasi bagi The Fed untuk segera memutar kembali stimulus tahun ini,” kata Manimbo.
Ronald Simpson, analisis mata uang global di Action Economics, mengatakan  laporan yang lebih panas kemungkinan akan meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar serta membawa percakapan tapering Fed kembali ke garis depan.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, naik 0,1 persen pada 92,264. Indeks tetap mendekati level tertinggi tiga bulan di 92,844 yang disentuh minggu lalu.
Berita Terkini Dolar Australia sering dipandang sebagai proksi risiko yang likuid melemah 0,17 persen.
Sterling jatuh karena Perdana Menteri Inggris Boris Johnson diperkirakan akan mengonfirmasi rencana untuk menghapus hampir semua pembatasan Covid-19 yang tersisa di Inggris mulai 19 Juli, meskipun ada lonjakan kasus ke tingkat yang tidak terlihat selama berbulan-bulan. Pound merosot 0,22 persen menjadi 1,3879 dolar AS.
Sementara itu, bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) mengatakan China akan memangkas jumlah uang tunai yang harus dipertahankan bank-bank sebagai cadangan, melepaskan sekitar satu triliun yuan (150 miliar dolar AS) dalam likuiditas jangka panjang untuk mendukung pemulihan ekonomi usai Covid yang mulai kehilangan momentum.
"Meskipun disambut baik, langkah itu juga menandakan bahwa pihak berwenang khawatir tentang prospek pertumbuhan China, jadi ini berita yang beragam," kata Marshall Gittler, kepala riset investasi di BDSwiss Holding.
Dolar Kanada diperdagangkan sekitar 0,1 persen lebih rendah pada 1,2462 terhadap greenback, atau 80,22 sen AS.
Investor menantikan pengumuman suku bunga dari bank sentral Kanada (Bank of Canada) pada Rabu (14/7) untuk melihat apakah bank sentral akan mengumumkan perlambatan pembelian asetnya.
Video Terkait: