SariAgri - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pada Rabu (14/7) pagi melemah 32 poin atau 0,22 persen menjadi Rp14.495 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan sebelumnya Rp14.463 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar rupiah mungkin bisa berbalik melemah hari ini karena data indikator inflasi AS yang dirilis Selasa (13/7) malam menunjukkan kenaikan melebihi ekspektasi pasar sehingga mendorong penguatan dolar AS.
“Selain itu, faktor dalam negeri yaitu kenaikan kasus baru harian covid yang terus memecahkan rekor juga menjadi tekanan untuk rupiah,” ujarnya.
Ariston menjelaskan, semalam indikator inflasi AS bulan Juni dari data Indeks Harga konsumen AS menunjukkan kenaikan 5,4 persen secara year on year.
“Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi 4,9 persen dan jauh di atas target inflasi the Fed sebesar 2 persen. Ini membuka peluang Bank Sentral AS untuk mempertimbangkan kembali pengetatan moneter yang lebih cepat sehingga akan mendorong penguatan dolar AS,” katanya.
Sementara kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia yang mendekati 50 ribu bisa membuka peluang pembatasan aktivitas ekonomi PPKM Darurat diperpanjang. https://megaharbor.com/members/quailflame4/activity/16724/ Berita Terkini “Hal ini tentu bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjadi alasan pelemahan rupiah,” ujar Ariston.
Menurutnya, potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp14.550 per dolar AS sementara potensi support di kisaran Rp14.450 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Selasa Sore Perkasa Jadi Rp14.463 per Dolar ASRupiah Diperkirakan Menguat, Pengamat: Investor Beralih dari Aset Aman
Sementara itu, dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) setelah laporan inflasi AS lebih panas dari yang diperkirakan.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, meningkat 0,54 persen pada 92,7538.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1782 dolar AS dari 1,1857 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,3820 dolar AS dari 1,3874 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia melemah menjadi 0,7445 dolar AS dari 0,7473 dolar AS.
Dolar AS dibeli 110,59 yen Jepang, lebih tinggi dari 110,33 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS juga menguat menjadi 0,9186 franc Swiss dari 0,9154 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,2518 dolar Kanada dari 1,2465 dolar Kanada.
Diketahui, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (13/7) bahwa indeks harga konsumen (IHK), ukuran inflasi yang dipantau ketat, meningkat sebesar 0,9 persen pada Juni, melebihi perkiraan sebelumnya 0,5 persen oleh para ekonom.
Angka tersebut juga merupakan peningkatan terbesar sejak 2008. Sementara kenaikan inflasi tahunan mencapai sebesar 5,4 persen pada Juni.
Video Terkait: