SariAgri - Selain dikenal sejak lama sebagai tanaman peneduh, tanaman waru (Hibiscus tiliaceus) juga kerap dimanfaatkan sebagian masyarakat Sunda di Jawa Barat sebagai bahan bungkus atau penutup makanan. Tapi, beberapa waktu ini tanaman waru atau baru  juga bisa digunakan untuk membuat kopiah antik.
Edin Misbahudin, pengrajin peci atau kupiah kulit waru, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang memulainya. Masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih di Indonesia, tidak membuat kreativitas Edin dan beberapa karyawannya mati gaya.
Bagi mereka kulit kayu tanaman suku kapas-kapasan atau Malvaceae tersebut, bisa diolah menjadi barang tepat guna yang antik, sekaligus alternatif untuk menghasilkan salah satu asesoris pakaian, yang sering digunakan sebagai penutup kepala bagi umat muslim tersebut.
“Dari pada hulang-huleung (banyak melamun) apalagi bahan (kulit waru) ada, saya buat sampel untuk dipakai peci, eh ternyata bikin sampel banyak peminatnya,” ujar dia, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Jelang Idul Adha, Perajin Pisau Sembelih Hewan Kurban Tulungagung UntungSiap Rebranding Koperasi, Menkop UKM: Jadi Entitas Bisnis Modern
Warga Kampung Geger Kalong, Desa Sukagalih, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya ini, mengatakan, potensi kerajinan kopiah memang tidak pernah mati.
Mayoritas penduduk Tanah Air yang sebagian besar muslim, menjadi salah satu pertimbangan untuk selalu modifikasi mitif atau gaya, agar menghasilkan ragam produksi kupiah berkualitas.
“Mungkin biasanya dari kain kan jenuh, ini ada seperti motif baru dari daun waru, jadi ada semangat baru, apalagi dipakainya enak ringan, dan nggak panas,” kata dia.
Menggunakan peralatan mesin dan desain seadanya, Edin dan beberapa pegawainya, tak kecil hati untuk terus berinovasi menghasilkan ragam kupiah dengan berbagai corak yang menarik. “Biasanya produk kami dijual untuk kalangan pesantren,” kata dia. 
Karena uniknya produk kopiahi kulit waru yang dihasilkan Edin, dia mengaku kewalahan seiring meningkatnya permintaan pasar baik lokal termasuk buyer yang akan membawanya ke pasar internasional. 
“Biasanya kami pasarkan ke daerah Bandung, Jakarta, Purwakarta, dan Cirebon,” kata dia.
Bahkan saat Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 1442 Hijrial lalu, ia mengaku kebanjiran pesanan hingga dua kali lipat dibanding penjualan sebelumnya. “Alhamdulillah naiknya 100 persen,” ujar dia.
Kini seiring meluasnya penjualan, beberapa eksportir mulai membawa produk unik kopiah kulit waru produksi Edin hingga pasar luar negeri. “Biasanya dibawa buyer untuk tujuan Malaysia, Arab Saudi, Turki, hingga Dubai,” papar dia.
Meskipun demikian, masih minimnya stok bahan baku kayu tanaman waru yang dihasilkan petani, serta seretnya modal yang dia miliki, menyebabkan produksi kopiah daun waru miliknya, belum optimal.
“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah, termasuk juga suntikan modal yang bisa meningkatkan usaha kami,” kata dia.
Video terkait:


Berita Terkini