Waspadai Munculnya Gejala Lanjutan Ini Usai Masa Isolasi COVID-19_
Posted 2021-09-16 14:04:00
0
0
SariAgri - Pasien COVID-19 bisa dinyatakan sembuh jika selama 14 hari tidak memiliki gejala, namun yang penting diperhatikan adalah gejala lanjutan yang timbul dikemudian hari.
Praktisi klinik, edukator pengamat kesehatan dan relawan COVID-19 dr. Muhamad Fajri Adda'i mengatakan pada beberapa kejadian terdapat gejala tambahan usai pasien menjalani karantina 14 hari. Gejala seperti ini harus benar-benar diperhatikan untuk penanganan lebih lanjut.
"Kejadian seperti ada banyak faktor, apa dia stres atau punya penyakit bawaan yang memperburuk keadaan," ujar dr. Fajri, Sabtu (10/7).
Kasus yang terjadi pada Raditya Oloan yang merupakan suami Joanna Alexandra merupakan salah satu contohnya. Melalui tes usap, Raditya dinyatakan sudah negatif virus corona namun ada gejala perburukan pasca isolasi.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang paling berpengaruh adalah penyakit bawaan. Penting untuk menyadari gejala-gejala yang dialami oleh pasien.
"Di minggu kedua yang takutin adalah badai sitokinnya, bisa jadi virusnya emang udah berkurang tapi ada peradangan di sistem imun itu yang bikin perburukan, yang bikin meninggal," kata dr. Fajri.
"Imun sistem mungkin bisa membersihkan virus di tubuh Anda, tapi organ Anda ikut rusak," imbuhnya.
Berita Terkini Baca Juga: Berikut Daftar 11 Telemedisin Gratis bagi Pasien Isoman Covid-19Menteri BUMN Perintahkan Kimia Farma Kebut Ivermectin
Akan tetapi, ada juga kasus pasien COVID-19 yang hasil tes usapnya tetap positif meski sudah 30 hari tanpa gejala. Menurut dr. Fajri, hal tersebut kemungkinan adalah sisa-sisa dari bangke virus.
"Harus dicek dulu nih, ada gejala enggak, kalah ada gejala bisa-bisa itu kasus tambahan. Dalam kejadian kayak gitu harus ditelusuri dulu, kalau hanya sisa-sisa bangke virus enggak jadi masalah tapi harus betul-betul clear karena dapat menimbulkan kesalahpahaman," kata dr. Fajri.
Sementara itu, dr. Fajri mengatakan 90 persen pasien COVID-19 bisa sembuh sendiri oleh sistem imun. Obat-obatan yang diberikan oleh dokter bukanlah sebagai penguat imun namun untuk mengatasi peradangan yang ditimbulkan oleh virus corona.
"Steroid sama Tocilizumab itu kan memang antiperadangan bukan mengusir virus. Ketika peradangan meningkat, dikasih obat antiperadangan yang mana terbukti untuk menurunkan angka kematian pada orang yang sakit berat atau kritis. Itu terbukti," ujar dr. Fajri.
Video Terkait:
Praktisi klinik, edukator pengamat kesehatan dan relawan COVID-19 dr. Muhamad Fajri Adda'i mengatakan pada beberapa kejadian terdapat gejala tambahan usai pasien menjalani karantina 14 hari. Gejala seperti ini harus benar-benar diperhatikan untuk penanganan lebih lanjut.
"Kejadian seperti ada banyak faktor, apa dia stres atau punya penyakit bawaan yang memperburuk keadaan," ujar dr. Fajri, Sabtu (10/7).
Kasus yang terjadi pada Raditya Oloan yang merupakan suami Joanna Alexandra merupakan salah satu contohnya. Melalui tes usap, Raditya dinyatakan sudah negatif virus corona namun ada gejala perburukan pasca isolasi.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang paling berpengaruh adalah penyakit bawaan. Penting untuk menyadari gejala-gejala yang dialami oleh pasien.
"Di minggu kedua yang takutin adalah badai sitokinnya, bisa jadi virusnya emang udah berkurang tapi ada peradangan di sistem imun itu yang bikin perburukan, yang bikin meninggal," kata dr. Fajri.
"Imun sistem mungkin bisa membersihkan virus di tubuh Anda, tapi organ Anda ikut rusak," imbuhnya.
Berita Terkini Baca Juga: Berikut Daftar 11 Telemedisin Gratis bagi Pasien Isoman Covid-19Menteri BUMN Perintahkan Kimia Farma Kebut Ivermectin
Akan tetapi, ada juga kasus pasien COVID-19 yang hasil tes usapnya tetap positif meski sudah 30 hari tanpa gejala. Menurut dr. Fajri, hal tersebut kemungkinan adalah sisa-sisa dari bangke virus.
"Harus dicek dulu nih, ada gejala enggak, kalah ada gejala bisa-bisa itu kasus tambahan. Dalam kejadian kayak gitu harus ditelusuri dulu, kalau hanya sisa-sisa bangke virus enggak jadi masalah tapi harus betul-betul clear karena dapat menimbulkan kesalahpahaman," kata dr. Fajri.
Sementara itu, dr. Fajri mengatakan 90 persen pasien COVID-19 bisa sembuh sendiri oleh sistem imun. Obat-obatan yang diberikan oleh dokter bukanlah sebagai penguat imun namun untuk mengatasi peradangan yang ditimbulkan oleh virus corona.
"Steroid sama Tocilizumab itu kan memang antiperadangan bukan mengusir virus. Ketika peradangan meningkat, dikasih obat antiperadangan yang mana terbukti untuk menurunkan angka kematian pada orang yang sakit berat atau kritis. Itu terbukti," ujar dr. Fajri.
Video Terkait:
Buscar
Categorías
- Art
- Causes
- Crafts
- Dance
- Drinks
- Film
- Fitness
- Food
- Juegos
- Gardening
- Health
- Home
- Literature
- Music
- Networking
- Other
- Party
- Religion
- Shopping
- Sports
- Theater
- Wellness
Read More
You Can Be The Manager With Proper Internet Marketing
https://planetblackhats.comhttps://planetblackhats.comA prosperous online business gives a...
Information To Various Kinds Of Earring Findings - Jewelry
It is now vogue with the international folks as effectively. tiktokank.com enhances...
Specialized Accountant helps to fill foreign tax returns in UK
When it comes to international tax return, the procedure of filling in all...
Real-Time Locating Systems Market Global Size Overview, Growth Drivers, Industry Share and Forecast to 2027
Market Synopsis
As per the research by Market Research Future Reports (MRFR), the global...
Mary Berry CBD Gummies UK: Top 3 CBD Edibles To Buy In 2021!
Mary Berry CBD Gummies UK Do you need an all-normal strategy to battle inconveniences like...