SariAgri - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pada Jumat (9/7) pagi tak berdaya dengan melemah 15 poin atau 0,10 persen menjadi Rp14.540 per dolar AS dibandingan posisi penutupan sebelumnya Rp14.525 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat melemah. Ini sejalan dengan turunnya indeks saham global pada perdagangan kemarin dan pagi ini di mana indeks saham Asia bergerak melemah.
"Rupiah mungkin bisa melemah hari ini dengan sentimen pasar tersebut," ujarnya.
Menurut Ariston kekhawatiran pasar terhadap kenaikan kasus Covid-19 karena virus delta masih menjadi pemicu pasar enggan masuk ke aset berisiko. "Dari dalam negeri, situasi kasus baru Covid-19 yang terus mencapai rekor menjadi penekan rupiah. PPKM darurat yang diberlakukan lebih lama bisa menekan pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Selain itu, indikasi pengetatan moneter oleh Bank Sentral AS yang bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, juga membantu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.
Dalam notulen rapatnya yang dirilis Kamis dini hari lalu, para pejabat The Fed mulai mempertimbangkan pengurangan pembelian aset bulanan bila data-data ekonomi membaik.
"Pembelian aset merupakan salah satu stimulus moneter bank sentral untuk menggerakkan perekonomian dengan likuiditas berimbal hasil rendah," terangnya.
Ariston memprediksi pelemahan rupiah hari ini, dengan pergerakan di rentang Rp14.500 per dolar AS hingga 14.580 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Jumat Pagi Ditransaksikan MelemahPenguatan Rupiah Kemungkinan Berlanjut Besok

Dolar AS Anjlok dari Tertinggi Tiga Bulan
Kurs dolar AS jatuh dari tertinggi tiga bulan terhadap sejumlah mata uang lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena pelaku pasar mencerna angka klaim pengangguran yang baru dirilis dengan euro mendapat dukungan saat investor melepaskan mata uang berisiko karena kekhawatiran atas penyebaran varian delta virus corona.
https://sariagri.id/news/77893/tubuh-tak-mengalami-efek-samping-setelah-divaksin-covid-19-apa-itu-pertanda-vaksinnya-gagal Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,24 persen pada 92,417, dari Rabu (7/7) ketika mencapai 92,844 untuk pertama kalinya sejak 5 April.
Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,1839 dolar AS dari 1,1806 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,3776 dolar AS dari 1,3801 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7424 dolar AS dari 0,7487 dolar.
Dolar AS dibeli 109,81 yen Jepang, lebih rendah dari 110,61 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9157 franc Swiss dari 0,9250 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2532 dolar Kanada dari 1,2477 dolar Kanada.
Reaksi pasar muncul setelah data menunjukkan peningkatan tak terduga dari pelamar pertama kali untuk tunjangan pengangguran di Amerika Serikat, sebuah indikasi bahwa pemulihan pasar tenaga kerja dari pandemi Covid-19 terus berfluktuasi.
Klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, meningkat 2.000 menjadi 373.000 dalam pekan yang berakhir 3 Juli, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis (8/7). Para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan akan melihat 350.000 pemohon pengangguran awal untuk minggu lalu.
“Penyebaran global varian Covid-19 telah menambah kekhawatiran bahwa mungkin ada beberapa kekecewaan dalam hal pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang,” kata Mazen Issa, ahli strategi senior valas di TD Securities.
“Meskipun kami berhati-hati dalam menafsirkan aksi harga pada saat likuiditas tidak begitu banyak, kami pikir pasar sedang mempertimbangkan potensi ketakutan pertumbuhan karena varian Delta menyebar dan infeksi meningkat,” ujar Issa.
Video Terkait: